Angin bertiup lembut sore itu,menyapu daun-daun yang gugur melayang di
udara.di sudut kampung mojosari sebuah rumah kayu yang sudah tua
didirikan.tiang-tiangnya sudah rapuh tak berdaya dan mungkin akan roboh jika
tersapu putting beliung.disinilah warto seorang petani padi unggulan berbaring
lemas tak bertenaga.
Ya…di atas sebuah
kasur lusuh bermotifkan garis-garis biru inilah warto berbaring.ia terkena
stroke semenjak enam tahun yang lalu
.kejadian itu berlangsung ketika warto
sedang mencangkul sawahnya yang
luas nan
indah itu,tiba-tiba ia terjatuh dari sawah yang berbentuk terasering itu .ia
tak sadarkan diri ,sehingga beberapa temannya harus menggedong tubuhnya yang
berperawakan pendek gemuk itu.setelah sampai di rumah ia hanya di beri
bau-bauan dari minyak gosok oleh beberapa istrinya ,tetapi ia tetap saja
mematung tak sadarkan diri ,barulah setelah beberapa jam kemudian mantri di
kampung itu datang ia bisa tersadar ,dia hanya bingung terperanga melihat
pandangannya yang berwarna hijau pekat itu.tetapi sayang tubuhnya tak bisa
bergerak bebas seperti biasanya.mulai saat itulah ia menderita stroke hingga
sekarang.
Sejak itu ia hanya
berjubel dengan kasur lusuhnya segala kebutuhannya selalu di turuti oleh mbok pinah istrinya. Makan ,minum bahkan mandi pun selalu di turuti oleh istrinya ,tak ada hal lain yang bisa di
lakukan warto,bagi mbok pinah dimensi warto hanyalah seluas dimensi kasur
itu.mereka hanya tinggal berdua ,kedua anak perawannya pergi merantau entah
kemana .teta[pi dibalik kesulitan dan kerasnyua hidup masih terlihat bara api
yang membara di wajah keriput mbok pinah.
Suatu hari saat mbok
pinah sedang mencari kayu bakar di kebun tiba-tiba warto mengalami
kejang-kejang,para tetangga yang
mendengar pun segera berlari menuju rumah warto s,sebagian ada yang menjemput
pak mantri dan ada sebagian ada yang menjemput mbok pinah di kebun.setelah pak
mantri datang dan warto di tangani kejang –kejangnya pun sudah nereda.setelah
itu warto pun mencoba mengumpulkan tenaga untuk bmengatakan beberapa kata-kata,
”pinah istriku jika aku mati hendaklah engkau menyusulku”,lalu ia
berhenti sejenak “percuma engkau
hidup anak-anak kita tidak akan pernah ada yang peduli dengan kita “
semua hanya terdiam mematung menderngar perkataan warto itu,air mata
meleleh lembut dari mata mbok pinah ,dan saat itu juga tugas warto untuk mampir
di dunia sudah selesai,saat itulah nyawa warto terbang entah kemana.
Setelah beberapa hari
kepergian warto mbok pinah masih saja terlarut dalam kesedihannya ,ia masih
mengingat pesan terakhir warto .ia mengadakan tahlilan untuk mendoakan sang
suami yang telah di panggil sang khalik itu.pada hari pertama tahlilan yang ia
adakan ia meminta bantuan kepada para petinggi desa untuk ,member kabar pada
anak-anakya bahwa sang ayah sudah meninggal ,tapi kata para petinggi desa itu
anaknya hanya menjawab “ya saya akan segera pulang”.
Tiga
hari berlalu anak-anaknya pun juga belum pulang ke rumah ,pada hari ketiga
tahlilan itu mbok pinah masih saja terlarut dalam tangis kesedihan ,tiba –tiba
di tengah doa yang kami panjatkan itu mbok pinah tersandar lemas tersandar di
tiang penyangga rumah itu,aku pun terkejut dsan langsung menghentikan makan ku untuk menikmati
nagasari yang hangat dan manis itu.ternyatra mbok pinah pun juga menghembuskan
nafas terakhirnya untuk menyusul sang
suami.dan si tengah keharuan itu pak lurah berbisik kepadaku”ternyata di dalam
kepalsuan dunia CINTA MATI BENAR BENAR ADA”
-THE END-