A.
Letak
Geografis Mesir
Sebelah
Barat berbatasan : Libia
Sebelah Timur berbatasan : Laut Merah
Asebalah Utara berbatasan : Laut Tengah
Sebelah Selatan berbatasan : Sudan
Antara Laut Tengah dan Laut Merah terdapat Terusan Suez yang menghubungkan
pelayaran Eropa dan Asia.
B.
Peradaban
Lembah Sungai Nil
Peradaban lembah sungai Nil di Mesir, Afrika, lahir
disebabkan kesuburan tanah disekitar lembah sungai yang diakibatkan oleh banjir
yang membawa lumpur. Hal inilah yang menarik perhatian manusia untuk mulai
hidup dan membangun peradaban ditempat tersebut. Peradaban lembah sungai
Nil dibangun oleh masyarakat mesir kuno.
C.
Kehidupan
Masyarakat Mesir Kuno
Setiap tahun
sungai Nil selalu banjir . Luapan banjir itu menggenangi daerah di kiri
kanan sungai, sehingga menjadi lembah yang subur selebar antara 15 sampai 50
kilometer. Di sekeliling lembah sungai adalah gurun. Batas timur
adalah gurun Arabia di tepi
Laut Merah. Batas selatan
terdapat gurun Nubia di Sudan, batas barat
adalah gurun Libya. Kemudian batas
utara Mesir adalah Laut Tengah.
Menurut mitos, air sungai yang mengalir terus tersebut adalah air
mata Dewi Isis yang selalu sibuk menangis dan
menyusuri sungai Nil untuk mencari jenazah puteranya yang gugur dalam
pertempuran.
Namun secara
ilmiah, air tersebut berasal dari gletsyer yang mencair dari pegunungan Kilimanjaro sebagai hulu
sungai Nil.
Peranan sungai
Nil begitu penting bagi lahirnya kehidupan masyarakat di lembah sungai
tersebut. Maka tepatlah jika Herodotus menyebutkan “Mesir adalah hadiah sungai Nil”
(Egypt is the gift of the Nile)
Lembah sungai
Nil yang subur mendorong masyarakat untuk bertani. Air sungai Nil dimanfaatkan
untuk irigasi dengan membangun saluran air, terusan-terusan dan waduk. Air
sungai dialirkan ke ladang-ladang milik penduduk dengan distribusi yang merata.
Untuk keperluan irigasi dibuatlah organisasi pengairan yang biasanya diketuai
oleh para tuan tanah atau golongan feodal. Hasil pertanian Mesir adalah gandum, sekoi atau jamawut dan jelai yaitu padi-padian
yang biji atau buahnya keras seperti jagung.
Untuk memenuhi
kebutuhan barang-barang serta untuk menjual hasil produksi rakyat Mesir, maka
dijalinlah hubungan dagang dengan Funisia, Mesopotamia dan Yunani di kawasan Laut
Tengah. Peranan sungai Nil adalah sebagai sarana transportasi perdagangan.
Banyak perahu-perahu dagang yang melintasi sungai Nil.
D. Sistem kekuasaan raja-raja Mesir kuno
Sejarah politik di Mesir
berawal dari terbentuknya komunitas-komunitas di desa-desa sebagai
kerajaan-kerajaan kecil dengan pemerintahan desa. Desa itu disebut nomen. Dari
desa-desa kecil berkembanglah menjadi kota yang kemudian disatukan menjadi
kerajaan Mesir Hilir dan Mesir Hulu. Proses tersebut berawal dari tahun 4000 SM
namun pada tahun 3400 SM seorang penguasa bernama Menes
mempersatukan kedua kerajaan tersebut menjadi satu kerjaan Mesir yang besar.
Mesir merupakan
sebuah kerajaan yang diperintah oleh raja yang bergelar Firaun. Ia berkuasa secara mutlak. Firaun dianggap dewa dan dipercaya sebagai putera Dewa Osiris.
Seluruh kekuasaan berada ditangannya baik sipil, militer maupun agama.
Sebagai
penguasa, Firaun mengklaim atas seluruh tanah kerajaan. Rakyat yang tinggal di
wilayah kerajaan harus membayar pajak. Untuk keperluan tersebut Firaun
memerintahkan untuk sensus penduduk, tanah dan binatang ternak. Ia membuat undang-undang dan karena itu
menguasai pengadilan. Sebagai penguasa militer Firaun berperan sebagai panglima
perang, sedangkan pada waktu damai ia memerintahkan tentaranya untuk membangun
kanal-kanal dan jalan raya.
Untuk
menjalankan pemerintahannya Firaun mengangkat para pejabat yang pada umumnya
berasal dari golongan bangsawan. Ada pejabat gubernur yang memerintah propinsi, panglima ketentaraan, hakim di pengadilan dan pendeta untuk melaksanakan upacara keagamaan.
Salah satu jabatan penting adalah Wazir atau Perdana Menteri yang
umumnya dijabat oleh putra mahkota.
Secara garis
besar keadaan pemerintahan raja-raja Mesir adalah sebagai berikut :
1. Kerajaan Mesir Tua (2660 – 2180 SM)
Lahirnya kerajaan Mesir Tua setelah Menes berhasil
mempersatukan Mesir Hulu dan Mesir Hilir. Sebagai pemersatu ia digelari Nesutbiti dan
digambarkan memakai mahkota kembar. Kerajaan Mesir Tua disebut zaman piramida karena pada masa inilah dibangun
piramida-piramida terkenal misalnya piramida Sakarah dari Firaun Joser. Piramida di
Gizeh adalah makam Firaun Cheops, Chifren dan Menkawa. Runtuhnya Mesir
Tua disebabkan karena sejak tahun 2500 SM pemerintahan mengalami kekacauan.
Bangsa-bangsa dari luar misalnya dari Asia Kecil
melancarkan serangan ke Mesir. Para bangsawan banyak yang melepaskan diri dan
ingin berkuasa sendiri-sendiri. Akhirnya terjadilah perpecahan antara Mesir
Hilir dan Mesir Hulu.
2. Kerajaan Mesir Tengah (1640 – 1570 SM)
Kerajaan Mesir Tengah dikenal dengan tampilnya Sesotris III. Ia
berhasil memulihkan persatuan dan membangun kembali Mesir. Tindakannya antara
lain membuka tanah pertanian, membangun proyek irigasi, pembuatan waduk dan
lain-lain. Ia meningkatkan perdagangan serta membuka hubungan dagang dengan
Palestina, Syria dan pulau Kreta. Sesotris III juga berhasil memperluas wilayah
ke selatan sampai Nubia (kini Ethiopia). Sejak tahun 1800 SM kerajaan Mesir
Tengah diserbu dan ditaklukkan oleh bangsa Hyksos.Pada waktu itu kerajaan Mesir
Tengah sedang mengalami kehancuran yang sangat signifikan.
3. Kerajaan Mesir Baru (1570 - 1075 SM)
Sesudah diduduki bangsa Hyksos, Mesir memasuki zaman
kerajaan baru atau zaman imperium.
Disebut zaman imperium karena para Firaun Mesir berhasil merebut wilayah/daerah
di Asia barat termasuk Palestina, Funisia dan Syria.
Raja-raja yang memerintah zaman Mesir Baru antara
lain:
i. Ahmosis I, ia berhasil mengusir bangsa Hyksos dari Mesir
sehingga berkuasalah dinasti ke 18, ke 19 dan ke 20.
ii. Thutmosis II, pada masa
pemerintahannya Mesir berhasil menguasai Mesopotamia yang subur.
iii. Thutmosis III. Merupakan
raja terbesar di Mesir. Ia memerintah bersama istrinya Hatshepsut. Batas
wilayah kekuasaannya di timur sampai Syria, di selatan sampai Nubia, di barat
sampai Lybia dan di utara sampai pulau Kreta dan Sicilia. Karena
tindakannya tersebut ia digelari “Napoleon dari Mesir”.
Thutmosis III juga dikenal karena memerintahkan pembangunan Kuil Karnak dan
Luxor.
iv. Imhotep IV. Kaisar ini dikenal seorang raja
yang pertama kali memperkenalkan kepercayaan yang bersifat monotheis kepada rakyat
Mesir kuno yaitu hanya menyembah dewa Aton (dewa matahari) yang merupakan
roh dan tidak berbentuk. Ia juga menyatakan sebagai manusia biasa dan bukan
dewa.
v. Ramses II. Ramses II
dikenal membangun bangunan besar bernama Ramesseum dan Kuil serta makamnya
di Abusimbel. Ia juga pernah memerintahkan
penggalian sebuah terusan yang menghubungkan daerah sungai Nil dengan Laut
Merah namun belum berhasil.
E. Sistem kepercayaan bangsa Mesir kuno
Sebagai lambang
pemujaan kepada Ra didirikan obelisk yaitu tiang batu yang ujungnya runcing. Obelisk juga dipakai
sebagai tempat mencatat kejadian-kejadian. Untuk pemujaan terhadap dewa Amon Ra
dibangunlah Kuil Karnak yang sangat indah pada masa Raja
Thutmosis III.
Selain dewa
nasional maka ada dewa-dewa lokal yang dipuja pada daerah-daerah tertentu
seperti Dewa Osiris yaitu hakim alam baka, Dewi Isis yaitu dewi kecantikan isteri Osiris, Dewa Aris sebagai dewa kesuburan dan dewa Anubis yaitu dewa kematian.
Wujud
kepercayaan yang berkembang di Mesir berdasarkan pemahaman sebagai berikut :
1)
Penyembahan terhadap dewa berangkat dari
ide/gagasan bahwa manusia tidak berdaya dalam menaklukkan alam.
2)
Yang disembah adalah dewa/dewi yang
menakutkan seperti dewa Anubis atau yang memberi sumber kehidupan.
Jadi dengan taat menyembah pada dewa masyarakat
lembah sungai Nil mengharap jangan menjadi sasaran maut.
Kepercayaan yang kedua berkaitan dengan pengawetan
jenazah yang disebut mummi. Dasarnya membuat mummi adalah bahwa
manusia tidak dapat menghindari dari kehendak dewa maut. Manusia ingin tetap
hidup abadi. Agar roh tetap hidup
maka jasad sebagai lambang roh harus tetap utuh.
a) Tulisan
Masyarakat Mesir mengenal bentuk tulisan yang disebu
Hieroglyph berbentuk gambar. Tulisan Hieroglyph
ditemukan di dinding piramida, tugu obelisk maupun daun papirus. Huruf
Hieroglyph terdiri dari gambar dan lambang berbentuk manusia, hewan dan
benda-benda. Setiap lambang memiliki makna. Tulisan Hieroglyph berkembang
menjadi lebih sederhana kemudian dikenal dengan tulisan hieratik dan demotis.
Tulisan hieratik atau tulisan suci dipergunakan oleh para pendeta. Demotis
adalah tulisan rakyat yang dipergunakan untuk urusan keduniawian misalnya jual
beli.
Huruf-huruf Mesir itu semula menimbulkan teka-teki
karena tidak diketahui maknanya. Secara kebetulan pada waktu Napoleon menyerbu
Mesir pada tahun 1799 salah satu
anggota pasukannya menemukan sebuah batu besar berwarna hitam di daerah Rosetta.
Batu itu kemudian dikenal dengan batu Rosetta memuat
inskripsi dalam tiga bahasa. Pada tahun 1822 J.F. Champollion telah
menemukan arti dari isi tulisan batu Rosetta dengan membandingkan tiga bentuk
tulisan yang digunakan yaitu Hieroglyph, Demotik dan Yunani.
Dengan terbacanya isi batu Rosetta terbukalah tabir
mengenai pengetahuan Mesir kuno (Egyptologi) yang
Anda kenal sampai sekarang.
Selain di batu, tulisan Hieroglyph juga ditemukan di
kertas yang terbuat dari batang Papirus.
Dokumen Papirus sudah digunakan sejak dinasti yang
pertama. Cara membuat kertas dari gelagah papirus adalah dengan memotongnya.
Kemudian kulitnya dikupas dan intinya diiris/disayat tipis-tipis.
b) Sistem kalender
Masyarakat Mesir mula-mula membuat kalender bulan
berdasarkan siklus (peredaran) bulan selama 291/2 hari.
Karena dianggap kurang tetap kemudian mereka menetapkan kalender berdasarkan
kemunculan bintang anjing (Sirius) yang
muncul setiap tahun. Mereka menghitung satu tahun adalah 12 bulan, satu bulan
30 hari dan lamanya setahun adalah 365 hari yaitu 12 x 30 hari lalu ditambahkan
5 hari. Mereka juga mengenal tahun kabisat.
Penghitungan ini sama dengan kalender yang kita gunakan sekarang yang disebut Tahun Syamsiah (sistem
Solar).
Penghitungan kalender Mesir dengan
sistem Solar kemudian diadopsi (diambil alih) oleh bangsa Romawi menjadi
kalender Romawi dengan sistem Gregorian. Sedangkan bangsa Arab kuno mengambil
alih penghitungan sistem lunar (peredaran bulan) menjadi tarik Hijriah.
c) Seni bangunan (arsitektur)
Dari peninggalan bangunan-bangunan yang masih bisa
disaksikan sampai sekarang menunjukkan bahwa bangsa Mesir telah memiliki
kemampuan yang menonjol di bidang matematika, geometri dan arsitektur.
Peninggalan bangunan Mesir yang terkenal adalah piramida dan kuil yang erat
kaitannya dengan kehidupan keagamaan.
Piramida
dibangun untuk tempat pemakaman Firaun. Arsitek terkenal
pembuat piramida adalah Imhotep.
Bangunan ini biasanya memiliki kamar bawah tanah, pekarangan dan kuil kecil di
bagian luarnya.
Tiang-tiang dan dindingnya dihiasi dengan hiasan
yang indah. Di bagian dalam terdapat lorong-lorong, lubang angin dan ruang
jenazah raja. Di depan piramida terdapat spinx yaitu patung singa berkepala manusia.
Fungsi spinx adalah penjaga piramida.
Piramida terbesar adalah makam raja Cheops, yang
tingginya mencapai 137 meter di Gizeh. Selain Cheops, di Gizeh juga terdapat
piramida Chefren dan Menkaure. Di Sakarah terdapat piramida firaun Joser.
Selain piramida apakah ada tempat pemakaman yang lain di Mesir? Berdasarkan
penggalian di daerah El Badari ditemukan pemakaman yang disebut Hockerbestattung (Hocker
artinya jongkok dan bestattung artinya pemakaman) karena orang yang meninggal
dimasukkan dengan cara didudukkan menjongkok. Ada pula pemakaman yang disebut mastaba untuk golongan
bangsawan.
Bangunan kedua adalah kuil yang berfungsi sebagai
tempat pemujaan dewa-dewa. Kuil terbesar dan terindah adalah Kuil Karnak untuk
pemujaan Dewa Amon Ra.
Kuil Karnak panjangnya ±433 m (1300 kaki),
tiang-tiangnya setinggi 23,5 m dengan diameter ±6,6 m (20 kaki). Tembok, tiang
dan pintu gerbang dipenuhi dengan lukisan dan tulisan yang menceritakan
pemerintahan raja.