Posted by : indra Selasa, 28 Februari 2012

            Aku siswa Sekolah Menengah Atas ( SMA ) kelas X di Bandung. Namaku Tia. Aku tinggal bersama ayah dan ibuku. Pada saat liburan sekolah datang, aku berkunjung ke rumah nenek yang berada di desa. Aku sangat senang dapat bertemu dengan nenek dan kakekku. Aku sangat sayang dengan nenekku, karena nenek memberikan kasih sayang kepadaku melebihi kedua orang tuaku sendiri. Bahkan aku selalu minta dinyanyikan lagu pengantar tidur jika bersamanya. Entah kenapa aku lebih sayang pada nenekku dari pada orang tuaku, mungkin karena nenekku memilii hobi yang sama denganku yaitu mencari ulat-ulat.
            Nenekku tinggal di gubuk yang begitu sempit. Dibelakang rumah nenek terdapat hutan yang luas dan sering disebut dengan nama “ alas “.
    “Tia, sini nak .” Nenek memanggilku.
“Iya nek. Ada apa nek ? Kok nenek kelihatan semangat banget ?” sahutku.
“Nenek mendapat kelinci yang sangat lucu;”
“Benarkah nek ?” (sambil tersenyum lebar).
Nenek mengangguk sambil tersenyum : )
“Aku pengen liat nek : ).”
“Kelincinya nenek taruh di kandang samping rumah, Tia.”
Aku langsung bergegas ke samping rumah untuk melihat kelinci yang kata nenek sangatlah lucu.
“Wuuuaaa, kelincinya lucu sekali nek. Aku mau memeliharanya nek. Ngomong-ngomong nenek dapat kelincinya dari mana ?”
“Nenek bertemu dengan Ibu Minah di warung sebelah. Dia menawari anak kelinci.  Karena sangat lucu, nenek langsung berfikir pasti kamu akan suka. Makanya nenek langsung terima kelinci itu.”
“Ow begitu yah nek.” jawabku sambil menggaruk-garuk kepala.
            Siangnya aku bermain kerumah tetangga. Ada seorang anak yang umurnya sepantaran denganku. Namanya Santi. Dia bersekolah di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Orangnya sangat ramah dan mudah bergaul. Aku sangat senang bisa berkenalan denganya. Setiap aku bermain dengan Santi pasti aku selalu lupa waktu. Maklum anak muda, rasa berkumpul dengan teman sebaya sangat besar.
“Santi, hari nie kita mau maen apa ?”
“Terserah kamu aja Tia, aku ngikut kamu aja deh .”
“Enaknya maen apa yah ? Ehmm kalau kita cari ulat daun aja gimana ? Untuk makanan burung.”
“Ok deh, ide yang sangat cemerlang. Tapi nanti ulatnya mau kita apain?”
“Iya ya ?? Ehmm gimana kalo kita kasihkan Pak Marno ? Kan lumayan di beri upah, hehe.” (sambil terbahak-bahak).
Okey deh.” sahut Santi dengan hati riang.
“Ya udah dari pada kita bicara terus nggak selesai-selesai, mending kita langsung capcuss yuk.”
“Capcuss ? Apa itu ?” Kata Santi (sambil menggaruk-garuk kepala karena kebingungan).
“Aduh, kamu nggak tau ya? Itu bahasa gaul San, artinya ayo langsung pergi.”
“Ow begitu ya? Ya, ya, ya, maaf aku nggak tahu. Ya udah yuk berangkat.”
            Aku dan Santi berjalan menuju “alas” yang sering digunakan untuk mencari ulat. Aku memanjat pohon yang berada di kanan rumah nenek dan Santi memanjat di sebelah kiri rumah. Rasa capek menyelimuti tubuh kami berdua. Setelah dapat banyak, kami berdua turun. Kemudian nenek menghampiti kami berdua yang sedang kipas-kipas menggunakan daun jati.
“Ini nenek bawakan dua gelas es teh dan emping . Pasti kalian haus dan lapar kan.”
“Terima kasih nenekku sayang.” kata Tia di selingi sahutan dari Santi “terima kasih banyak nek.”
Setelah menghabiskan makanan dan minuman yang di sediakan nenek, tanpa berfikir panjang kami langsung pergi kerumah pak Marno. Kami diberi uang Rp 7.000,-. Lumayan untuk jajan berdua, tapi aku dan Santi menginginkan agar uang itu di tabung. Aku berfikiran kalo uangnya di bagi dua saja. Aku dapat Rp 3.500,- sedang Santi juga Rp 3.500,-. Tak terasa sudah sore, aku bergegas pulang, begitu pula dengan Santi.
“Nek, nenek. Aku punya sesuatu buat nenek.” teriakku.
“Aduh-aduh Tia, ada apa ? Kok teriak-teriak.” jawab nenek.
“Ini ada sedikit uang dari hasil nyari ulat tadi nek, ni buat nenek aja.” kataku sambil menyerahkan uangnya.
“Tidak usah nak, di tabung saja Tia.” (sambil mengembalikan uang ke Tia).
“Ya udah nek kalo nenek ndak mau terima. Aku tabung aja deh.”
“Sudah sore Tia, ayo mandi dulu sana.”
“Ow iya badanku bau acem. Iya nenekku tersayang.” (sambil genit).
“Byur, byur, byur.” Aku mandi di kamar mandi yang masih sanagt tradisional. Bak mandi yang luas, pancuran air yang tradisional dan air yang langsung dari pegunungan. Setelah selesai, ku tengok nenek sedang menyiapkan makan malam. Aku makan sangat lahap karena masakan nenek yang sangat enak dan ada makanan kesukaanku yaitu tempe penyet. Setelah selesai makan aku bergegas gosok gigi dan pergi tidur.
“Nek, aku tidur dulu ya.” kataku. Nenek mengangguk senang.
Aku tidur lelap, tetapi tidurku terusik suara batuk dan ternyta itu suara batuk nenek.
“Nenek kenapa ?” tanyaku cemas.
“Nenek tidak apa-apa Tia. Nenek hanya batuk biasa. Ayo Tia, tidur lagi sana, besok bangun pagi supaya bisa menemani nenek ke pasar.”
Aku pun kembali tidur dengan perasaan cemas karena batuk nenek tidak berhenti-berhenti.
            Keesokan harinya, aku menenmani nenek pergi ke pasar. Di pasar nenek berjualan baju. Aku melihat nenek sedang batuk-batuk lagi.
“Nek, akhir-akhir ini Tia lihat nenek sering sekali batuk. Nenek kenapa?”
“Nenek tidak apa-apa Tia. Ini hanya batuk biasa.”
Aku merasa ada yang disembunyikan nenek dariku, tetapi aku tidak mengetahuinya. Hari menjelang siang, aku dan nenek bergegas pulang. Dalam perjalanan pualng, aku menatap wajah nenek yang pucat dan tubuh yang semakin kurus. Aku semakin merasakan kecemasan. Aku tidak inging sesuatu menimpa nenek. Dia sudah kuanggap sebagai “ MATAHARI HATIKU”. Aku sangat membutuhkannya disetiap langkahku. Dia sangat berarti untukku.
            Setelah sampai dirumah, aku segera merapikan semua barang-barangku, karena besuk pagi kau harus kembali ke Bandung. Malam harinya, aku mendengar batuk nenek tetapi aku tak berani untuk mendekatinya.
            Keesokan harinya aku pulang ke Bandung dengan naik kereta api. Berat hatiku untuk meninggalkna nenek yang sekarang sedang sakit. Tetapi apa yang harus ku perbuat ? Hari liburku sudah habis dan aku harus kembali bersekolah lagi untuk memenuhi kewajibanku.
            Setelah beberapa bulan aku tak mendengar kabar dari nenek. Hatiku berkata “ aku sangat rindu dengan MATAHARI HATIKU.” Rasanya ingin ku teteskan air mata rinduku pada nenek.
“Tululut...tululut...tululut...” suara telepon berbunyi. Ayahku yang mengangkat telepon. Kulihat raut wajah ayah yang langsung sedih. Aku bingung kenapa ayah bersedih setelah mengangkat telepon itu.
“Yah, telepon dari siapa ?” tanyaku penasaran.
“Dari desa Tia.” jawab ayah dengan nada lesu.
“Sebenarnya ada apa yah ?”
“Begini nak, tadi kakek menelpon kalau nenek sakit keras.”
“Apa!!!!” teriakku kaget sambil meneteskan air mata.
Aku langsung berlari menuju kamar. Aku menangis mendengar kabar tentang matahariku itu. Aku selalu berdoa, meminta dan memohon agar Tuhan menyembuhkannya. Ayah dan ibu bergegas ke desa, tetapi aku tidak boleh ikut karena besok masuk sekolah. Dalam sekolah aku tak bisa berkonsentrasi, difikiranku hanya kondisi nenek. Sore harinya ayah dan ibu pulang. Ia menjelaskan keadaan nenek.
            Seminggu telah berlalu. Kabar tentang nenek juga tak ada. Ketika aku duduk si teras, telepon berbunyi dan ibu langsung  mengangkatnya. Aku bergegas masuk kerumah dan melihat  raut wajah ibu sudah sangat sedih dan pucat. Ibu menyuruhku untuk berkumpul diruang keluarga. Ibu mengatakan bahwa nenek telah tiada. Sekujur tubuhku mati rasa, jantungku .berdetak kencang dan aku hanya bisa menangis. Tak ada yang bisa aku lakukan lagi. Aku hnya menangis.
            Dini hari aku dan keluarga bergegas ke desa menggunakan mobil ayahku. Setelah sampai disana aku tak bisa berkata apa-apa, tak kuasa aku menahan tangis.Aku tak ingin matahariku pergi untuk selama-lamanya. Aku menghantarkan ke tempat peristirahatan terakhirnya. Ku meneteskan air mata kesedihan hariku. Gundukan tanah menutupinya. Dalam hatiku berucap “ MATAHARIKU PERGI TUK SELAMA-LAMANYA.”
            Ku mengenang kembali masa-masa indah bersama nenek. Ku tak bisa menahan tetesan air mata ini. Matahariku adalah segala-galanya untukku, tanpanya hidupku gelap, sunyi di kegelapan hati. Langkah demi langkah ku tinggalkan ia. Serasa batinku telah lenyap.
 

Leave a Reply

SESUDAH BACA,TOLONG DI KOMENTAR!!
AFTER READING,THE COMMENTARY!!

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Popular Post

bacalah dari apa yang kalian inginkan.tapi janganlah menjadi PLAGIAT, bila anda tidak ingin di disamakan seperti Anjing liar yang menghembuskan sebuah tulang.ingatlah hargai ciptaan orang lain.

STATISTIK

Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Pengikut

Blogger news

Blogger templates

Social Profiles

  • Cari Di Ini

    - Copyright © 2013 Indraa Cahya N :) -Dark Amaterasu Template- Design by YONDARKNESS -Original by Blog Johanes-