Posted by : indra Rabu, 25 Juli 2012

Bermain-main tanganku, melewati jari-jemari. Kakiku ku ayun-ayunkan, sesekali ku tendang ke langit putih. Menahan hati yang gelisah kesana-kemari. Mulutku bergumam tak tahu arti. Raut wajah yang amat kesal dengan orang didekatku tadi.
“bagaimana mengambil jarum itu, jawab zit?” pertanyaan yang selalu menghujat diri ini. Langsung ku buang mukaku ke tanah bertunduk.
“sakit dan luka, itulah sama artinya dengan ini!!” mulut Jovi itu selalu dengan hujatan terus. Yang membuat diriku membungkam dengannya.
“sudahlah, akan ku lakukan apa yang harus aku lakukan.” Kataku Tak mau kalah dengan serangan Jovi. Lagi, Detak jantungku berjalan berganti mengiringi hati yang gelisah dari tadi.
“ayolah zita, kenapa tidak kau berlari saja!!” lagi dan lagi kalimat itu terdengar.
“kenapa sih jov, ini urusan kehidupanku sajalah. Enak dirimu tak masuk dalam ini!!” kesal diriku dalam jovi. Yang selalu bermain mulut denganku dalam keadaan gundah.
“tapi, bisakah dirimu bergerak lagi dalam hal ini??” dengan memberi bongkahan tawa biasa itu. Bertambah merah hati, kesal akan tawa jovi yang bergerak di hadapanku. tawa yang mungkin diawali saat dia memberiku ta’jil di mesjid dekat rumah. Tak dapat dipungkiri, dialah anak alim di kampung Gentan.
                “tapi aku mungkin ber…”,
“tapi apa? Kau tak bisa begini saja zit. Cukup dengan diam?.”
Selalu saja sifat jovi itu ada. Sifat yang ada dalam bodohnya. Yang membuatku setiap jengkel bila berdebat kata dengannya. Tapi sifat itulah yang membuat diriku kenal diri, bukan sembarang bertemu belaka. Saat jovi datang mendekati perbincangan aku dan temannya dulu.
“Cuma janji belaka kau ini. Janganlah percaya sama lidah tak bertulang itu!!” mulutku kembali bergumam.
Sungguh, jovi selalu senang bila bermain dengan mulutnya, dia memang seseorang yang hobi dengan sastra.
“inikan urusanku saja.bukan urusanmu kan?” kesal diriku akan semua hantaman jovi.
“urusanmu? Urusanku juga!!”
Tak kusangka, hantaman dari jovi ini, membuat mulutku bungkam. Seperti mulutku dikunci rapat-rapat. Bahkan bukan hanya aku, jovi pun juga menundukkan kepala bertanda ucapannya terlalu berbahaya. Apakah beda dengan perkataan atau rasa bersalah. Sungguh aku yakin, jovi salah dalam kalimatnya.
“bagaimana kau berfikir begitu?” lanjut mulutku yang mungkin terbebas dari bungkaman tadi.
“mungkin, husapan jempol belaka..haha” tawa kembali membasahi jovi, sebuah tanda tidak sadar atau sikap dalam mengalihkan sebuah pembicaraan.
                “yasudah, pulang ya. Rembulan sudah membahana.” Ku selesaikan sebuah perdebatan kata kecil ini.

{ 2 tanggapan... read them below or Comment }

  1. Keren bro...:D:D:D:D:D
    cerpen nya keren banget
    [namaku juga dimasukin di dalam cerita..wakakakaka]

    BalasHapus

SESUDAH BACA,TOLONG DI KOMENTAR!!
AFTER READING,THE COMMENTARY!!

Welcome to My Blog

Popular Post

bacalah dari apa yang kalian inginkan.tapi janganlah menjadi PLAGIAT, bila anda tidak ingin di disamakan seperti Anjing liar yang menghembuskan sebuah tulang.ingatlah hargai ciptaan orang lain.

STATISTIK

Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Pengikut

Blogger news

Blogger templates

Social Profiles

  • Cari Di Ini

    - Copyright © 2013 Indraa Cahya N :) -Dark Amaterasu Template- Design by YONDARKNESS -Original by Blog Johanes-