Posted by : indra Jumat, 02 Maret 2012

            Sinar mentari yang hangat mengintip di balik jendela dengan gorden berwarna hijau bermotif bunga. Sayup-sayup ku dengar bunda berteriak memanggil namaku sambil menyinggung sesuatu tentang terlambat ke sekolah. Lama kelamaan aku sadar ternyata aku bangun kesiangan.
            “ Ya ampun! aku kesiangan! “ makiku sendiri di dalam kamar.

            Kamis, seharusnya hari ini adalah hari yang istimewa. Sekolahku mengadakan Pensi Masa Jeda yang pastinya banyak acara seru. Nggak bangetlah kalo bangun kesiangan di acara yang cuma diadakan sekali setahun ini, apalagi ini tahun terakhirku. Secepat kilat aku bersiap berangkat ke sekolah, kemudian aku turun ke lantai bawah. Di sana kudapati wanita yang tak lain adalah bundaku tersayang.
            “ Ra sarapan dulu gih ! “ Bunda menyuruhku.
            “ Nggak ah bun ! Tira bakalan telat nih, gara-gara bunda nggak bangunin Tiara sih.” Gerutuku.
            “ Lho kok Bunda yang di salahkan ? ya kamu itu lho Tira udah diteriakin sekeras itu kok nggak bangun-bangun. Bunda jadi heran Ra ma kamu, tidur jam berapa sih kamu semalam ?.” Omel Bunda
            “iya iya Bun, kayak biasanya kok. Ya udah Tira berangkat dulu ya Bun !” pamit Tira sembari menyambar tas nya. Bunda membalas salamnya sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah laku putrid sulungnya itu.
****
            Sepedaku berlari kencang. Sengaja ku kencangkan larinya agar tidak ketinggalan bus terminal nantinya. Sesampai di terminal, kutitipkan sepedaku di penitipan sepeda. Aku berlari menebrang jalan sambil melambai pada bus yang sedang menaiki penumpang. Malang nasibku, aku ketinggalan bus itu. Padahal jarak bus itu dengan bus berikutnya sekitar sepuluh menitan.
            “ Huh.. nasib nasib. Udah bangun kesiangan,di tambah ketinggalan bus pula.” Gerutuku dalam hati.
            Akhirnya bus yang ku tunggu datang juga, lega rasanya. Aku mengambil bangku ketiga dari belakang. Bus itu terlihat lengang, tidak seperti biasanya yang ramai dan penuh penumpang. Ku pandangi orang-orang di bus itu, yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Seakan hanya untuk itulah mereka hidup.
            Ku lirik arlojku yang melingakar di pergelangan tangan kiriku. 07.00 WIB. Tepat waktu itu harusnya gerbang sekolah sudah di tutup. Padahal aku baru setengah perjalanan. Kembali menatap ke balik jendela sebelum seseorang yang berseragam sama dengan ku duduk tepat di sebelahku. Aku menoleh seketika.
            “ Hai .. “ sapanya ramah padaku sembari senyum manis.
            “ Ehm .. haa.. ii .. ju.. gaa !” balasku gagap.
            “ Lhoh ? kamu kenapa ? kok ketakuran gitu ?” Tanyanya agak curiga.
            “ Nggak kok, kaget aja kamu duduk disebelahku.“ dustaku. Padahal aku kagum aja ngeliat senyum semanis itu dengan lesung pipi di pipi kanannya.
            “ Oh, jadi aku nggak boleh nih duduk di sini ? “ tanyanya dengan nada putus asa.
            “ Eh boleh kok. Tenang aja .. “ jawabku menenangkannya.
            “ Ehh… “ ujarku bersamaan dengannya.
            “Kamu duluan aja deh” aku mengalah.
            “ Oh iya, kenalin aku Roysid , bukannya kamu anak IX C itu yaa ?” tanyanya ramah.
            “ Emm iya aku Tiara IX C .” jawabku tak mau kalah ramah dengannya.
            “ Oh iya salam kenal ya.Kamu kesiangan juga ya ?” tanyanya lagi padaku.
            “ Iya nih, pasti gerbang udah di tutup deh. Gimana ya syid ?
            “ Paling-paling nanti kita masuk BK.” Dia berujar dengan entengnya.
            Aku menatapnya dengan heran. Ternyata ada ya orang yang udah tau salah tapi sikapnya masih begitu santainya.
            Lalu, aku dan Roysid turun di perempatan dekat sekolah. Awalnya kami jalan terpisah karena aku berjalan lebih cepat. Tetapi tali sepatuku lepas, terpaksa aku harus berhenti sejenak. Tetapi kemudian Roysid muncul tepat di sebelah kiriku. Dia menungguiku membenarkan tali sepatu ku yang lepas. Kemudian dia menyanding langkahku. Sepanjang jalan menuju sekolah, dia bercerita dan bertanya padaku. Begitu pula aku. Dia juga nenyuruhku untuk melihat penampilannya di pensi nanti. Walaupun aku sudah tau jika aku terlambat, justru aku berjalan lebih santai, mungkin karena tertular sifat santainya si Roysid. Sekitar delpan langkah lagi kami sampai di depan gerbang pintu sekolah. Ingin rasanya pintu gerbang itu jauhnya satu kilometer lagi, asalkan bias jalan plus ngobrol bareng Roysid. Masalahnya, anaknya asik sih. Sampai di depan gerbang kami bertemu dan di tanyai Pak Topik, satpam kebanggaan sekolahku karena multitalent-nya.
            “ Heh, kalian berdua tau tidak ini jam berapa ? kalian itu sudah telat tigpuluh menit lebih !” Omel Pak Topik.
            “ Aduh Pak maaf, kami kesiangan, Pak. !” Roysid memohon.
            “ Kesiangan kok berdua sih ?” Ujar Pak Topik tak percaya.
            “ Bener kok Pak !” Roysid mencoba meyakinkan.
            “ Iya Pak ! sueeer dah .“ timpalku sambil membentuk jariku seperti huruf V agar terlihat meyakinkan.
            “ Ya sudah sana masuk, beruntung kalian masih saya bebaskan, tapi lain kali jangan di ulang lagi ya.” Katanya memberi nasehat.
            Di saat itu aku berpisah dengannya. Letak kelas kami lumayan jauh karena kelasku di bawah dan dia di lantai dua. Aku berjalan menyusuri koridor. Ruang-ruang kelas terlihat sepi. Hanya ada segelintir siswa nongkrong di depan kelas. Kelas nomer dua dari ujung itu adalah kelasku. Aku tersenyum riang saat masuk kelas. Ku lihat temanku sibuk menyiapkan makanan dan minuman untuk kantin kejujuran. Aku pun bergegas menyuci tanganku di wastafel dan mulai membantu temanku.
            Kami menyelesaikannya secepat mungkin, tak peduli laku atau tidak. Kemudian menyipkan stand dan menaruh menunya di sana. Setelah itu kami bergegas menuju halaman yang sudag di sulap menjadi panggung pensi yang meriah. Aku kesulitan melihat siapa yang tampil, aku pun berjalan menuju depan. Aku menoleh kesana kemari mencaru teman-temanku. Mungkin mereka di belakangku. Kemudian ada seseorang menepuk bahuku.
“ Hey” sapanya
“ Eh, hay “ balasku menyapanya. Ternyata Roysid.
“ Lihat aku ya abis ini.” Kata Roysid
“ Iya tenang aja ya” jawabku antusias. Lalu dia berjalan menuju belakang panggung.
Akhirnya aku menemukan teman-temanku di sisi panggung sebelah kanan. Aku menyusul mereka. Ku dapati Roysid sedang memetik gitar dengan semangat. Sesekali dia mengalihkan tatapannya padaku. Aku tak tahu maksud tatapannya.
Sebelum pulang aku bercengkrama dan berlelucon ria dengan teman-temanku. Tiba- tiba Roysid mengetuk pintu kelasku.
“ Ada apa Syid ?” tanyaku.
“ Nggak ada apa-apa sih sebenarnya. Aku Cuma nggak punya teman aja, temanku udah pada pulang. Aku ngganggu ya ?“ jelasnya ramah.
“ Hah nggak kok.” Jawabku.
Kami bercerita melanjutkan obrolan tadi. Sekitar satu jam kami ngobrol tak henti, dia mengajakku pulang.
“ Ra pulang yuk. Udah sore nih, nanti keburu ujan lho.” Ajaknya
“ Yuk, bareng lagi nih ?” tanyaku padanya.
“ Aku duluan deh. Ya iyalah Tiara” jawabnya dengan ekspresi di buat-buat. Kemudian kami tertawa sepanjang jalan. Kamis yang indah. Sejak saat itu kami berdua menjadi akrab, tapi siapa tahu aku menyimpan rasa saying yang lebig dari sekedar teman akrab.

Leave a Reply

SESUDAH BACA,TOLONG DI KOMENTAR!!
AFTER READING,THE COMMENTARY!!

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Popular Post

bacalah dari apa yang kalian inginkan.tapi janganlah menjadi PLAGIAT, bila anda tidak ingin di disamakan seperti Anjing liar yang menghembuskan sebuah tulang.ingatlah hargai ciptaan orang lain.

STATISTIK

Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Pengikut

Blogger news

Blogger templates

Social Profiles

  • Cari Di Ini

    - Copyright © 2013 Indraa Cahya N :) -Dark Amaterasu Template- Design by YONDARKNESS -Original by Blog Johanes-