Cerita
ini dimulai, saat aku baru masuk SMA. SMA masa-masa yang kata orang masa yang
paling menyenangkan dan itulah kenyataannya. Semenjak aku masuk SMA, aku harus
ngekos dan disini aku tinggal bersama teman dan sekaligus sahabatku.
Dan
disini aku juga punya teman yang bersebelahan dengan kos kami. Hari pertama
tinggal bersama, kami merasa cocok semua pekerjaan kami lakukan bersama tetapi
lama-kelamaan sifat sahabatku menunjukkan perubahan yang sangat drastis.
Awalnya, segala sesuatu kami lakukan bersama tetapi terkadang tidur,
makan dan belajar dia lakukan di kos sebelah.
Aku
mengira dia mungkin ingin tinggal bersama dengan temanku itu. Semenjak itu, aku
selalu melakukan segalanya sendiri. Terkadang ada perkelahian yang membuat kami
harus saling menjaga ego masing masing. Pernah suatu ketika kami bertengkar
hebat saat itu memang aku yang bersalah. Ceritanya begini, malam itu dia
belajar dan makan di kos sebelah dia bolak balik dari kamar kami ke kos
sebelah karena dia sedang memasak nasi.
Dan
saat itu, aku mengunci pintu karena aku akan tidur. Dan saat itu dia masuk,
sebelum ia keluar ia berpesan dengan nada yang agak tinggi supaya tidak menutup
pintu. Tapi, karena menunggu terlalu lama dan juga aku sudah mengantuk akupun
mengunci pintu. Aku mengira dia akan menginap di kos sebelah seperti biasa tapi
ternyata tidak. Tepatnya pukul 10 malam dia membangunkanku dengan menggedor
pintu keras-keras. Aku sempat mendengar dia di tegur oleh bapak kos kami karena
terlalu ribut dan mengatakan,
”mungkin
temanmu sudah tidur karena dia mengira kamu akan tidur di kamar sebelah”.
Dan
akhirnya, akupun terbangun dan langsung membukakan pintu. Saat itu, dia
memarahiku tapi tidak dengan nada yang keras istilahnya “ngerumun” aku merasa sangat
bersalah. Malam itu, aku tidak bisa tidur karena kepikiran atas peristiwa malam
itu. Peristiwa malam itu awal dari pertengkaran kami. Setelah peristiwa ini,
dia menangis tapi aku tidak berani menegur atau melakukan apapun karena aku
merasa sangat bersalah dan akupun pura pura tertidur.
Pagi
harinya, kami saling menyapa pun tidak, apalagi berangkat sekolah yang semula
kami lakukan bersama. Selama pertengkaran ini, aku bersama dengan seorang
teman, seorang anak SMP?. Aku melakukan segala sesuatu bersama dia, tapi itu
berlaku saat aku berkelahi dengan sahabatku saja terlepas dari itu kami biasa
biasa saja. Bukan, berarti aku melantarkan teman. Selama kami bertengkar aku
sering mendengarnya menangis tapi aku tidak berani menegur atau melakukan
apapun soalnya aku takut membuatnya marah. Pernah suatu malam saat dia sedang
mencuci dia menegurku,”kamu kenapa sihh,,, maaf atas perbuatanku selama ini
memang kalau aku lagi marah aku tidak bisa mengontrol mulutku ”, katanya. ”
tidak apa-apa ini memang semua salahku,” jawabku. Semenjak malam itu kami pun
berbaikkan, sifat sahabatku mulai berubah seperti semula. Semenjak itu, dia
selalu mengerjakan apapun bersamaku seperti pertama kali kami tinggal bersama.
Dan mulai saat ini, aku akan menjaga persahabatn ini.
Aku
akan lebih mengerti semua sifat sahabatku dan allhamdulillah sampai saat ini
kami tidak mempunyai masalah.
Mudah mudahan ini bertahan sampai akhir hayat
kami.