Nama Dia???#chapter4
17.46
Lenyap kembali
sang surya dari ujung tunas ke ujung pangkal. Terlihat kabut putih berubah
menjadi senja. Sore ini aku sudah berjanji akan bertemu dengan sejoliku, karena
bulan ini sudah mencapai puncak tahun dan bersamaan dengan hari libur semester
1. Kami akan bersenang dengan klubbing(kita luas bersama buat traveling). Aku
pun berjanjian akan bertemu di taman kali ini tapi seperti biasa, mereka paling
pintar molor dan aku paling rajin datang duluan. malah lebih awal dari jam janjiannya, ya mungkin terlalu ngebet!.
“anak anak!
Cepatlah datang. Bosmu ini sudah lama menunggu!!” kesalku sangat dengan raut
malas dalam keaadaan menunggu. Menunggu
adalah hal yang menyakitkan.
“hai, sat..sudah lama menunggu yaa?kayaknya sudah dari tadi gitu.”
Ternyata mujur juga kataku, dodi datang dengan sedikit ketawa karena senang
dengan aku yang suka datang awal.
“ah kau ini,
udah lamo ambo disini. sampai lumutun ini rek!” balasku dalam beribu bahasa.
“hehehe, maafkan saya ya tuan. Aku khilaf. Hehehe.” Dodi memohon
dengan gayanya, gaya melas.
“ketika aku bisa
berkata maaf. Tapi hatiku memilih yang lain. Tak apa budakku. Hehe” balasku
dengan agak sedikit sopan.
“ash, kau ini. Gak ngerti aku
aja.” Cetus dodi mulai muak kayaknya.
Kami pun
menunggu yang lain sembari bermain di lapangan basket yang ada di taman ini.
Tapi sekian lama hingga kami lelah dan capek bermain basket, tetap aja tidak
ada yang lain datang.
“kemana sih anak-anak. Emang pada gak bisa semua ya sat??” tanya
dodi dengan nafas cepat.
“bisa kok.
Kemaren aku ajak semua pada bisa. Coba kita tunggu mereka sambil istirahat
di.” Jawab ku sambil tidur di pinggir
lapangan. Diikuti dodi.
Akhirnya, tidak
berapa lama. Kurang lebih 3 tahun
sudah. Terdengar dari jauh, suara sekumpulan orang bercanda. Perlahan-lahan
suara itu semakin dekat dengan kami. Dan tentu benar saja andre, hambar, dan
sintha datang juga. Namun kali ini bersama dengan Rani dan seorang cewek yang
aku kenali. Ternyata dia.
“kemana saja
kalian? Kami sudah jadi patung menunggu kalian ini.” Cetus lah dodi kembali.
“maafin. Tadi lama nungguin sintha dulu”. “ dan jemput si putri
nih.” Jelas andre dan hambar.
“maaf ya di. Maafin aku ya. Aku salah. Kamu baik deh kalau mau
maafin aku” pinta sintha dengan rayuannya kembali.
“tunggu??! Putri
siapa sih???” tanyaku saat bangun dari tidur. Ya berbalik badan.
“oh, yaaa. Masak kamu gak kenal. Dia kan putri yang dari sejak
seminggu kemaren pindah kelas kita. Aku aja yang anak baru udah kenal dulu.
masak kamu gak sadar? Hahaha.” Jelas Rani.
“kamu gak tau ya sat? makanya tiap hari itu masuk sekolah! Jangan
bolos aja.hahaha” jelas sintha diikuti dengan ketawa semua anak termasuk dia.
Baru tersadar
aku, ternyata dia sudah seminggu ini setelah tes. Dia pindah ke kelasku,
bebarengan dengan masuknya Rani sepupuku. Tapi kenapa aku baru tahu. Dan
ternyata seminggu itupun aku jarang masuk, karena pastinya di kelas tidak ada
kegiatan. Apes,sial!
“hiya, yaa aku
tau. Oh, nama kamu putri ya. Aku satya.” Sambil mengacungkan tanganku.tapi
“eits, gak boleh.” Ditebas tanganku
sama Rani saat ingin berkenalan dengannya.
“apa-apa sih
Rani itukan sepupu kamu juga Ran. Hiya aku Putri, kamu Satya kan yang kemaren
di lihatin semua anak-anak?” jelasnya dengan marah kepada Rani tadi.
“hiya aku
satya.” Dengan malu aku menjawab. oh
ternyata kemaren itu aku.
“ya gak papalah put. Benar gak sat, benar diakan sat??” sindir rani
dengan alis mata kanan naik ke arahku.
“apa sih
ran?maksud kamu apa??” guguplah aku. ya mungkin dia mau bocorin semua ceritaku
tentang putri. Mampus gue.
“halah ngaku aja sat. orangnya suda ada di depanmu ini??hehe” sinis
Rani kembali.
“apa sih, apasih
ran. Ada apa ran??” putri pun keheranan melihat kami.
“monyet lho
Ran!!!heh!” cetus ku.
“sudah-sudah dari pada jadi bingung gini dan berantem. Mending yok,
kita ke mall jalan-jalan gitu. Kan baru mulai liburan, kalau soal clubbing kita
bicarain nanti di kafe.” Sintha mu memecah perdebatan kami. Amin.
“ayok!!! Let’s
go friends!” ajak hambar dan andre bebarengan.
“tapikan kami
masih keringetan???” cetus dodi dan aku. tapi tetap dihiraukan.
“tunggu?? Apa?! Clubbing??”
putri dan Rani keheranan. Mungkin mereka belum tau.
Kembali kami berjalan menuju mall dekat
perumahan kami. Gak papalah dari badanku dan andre yang masih keringetan,
mungkin di mall bisa kering, kan ber AC disana. hingga herannya aku dengan
putri yang sudah bisa dekat dengan Rani. Atau yang lainnya. Intinya namanya
putri. Matahariku. Dan kenapa bukan aku yang mau berusaha dapatkan tentang dia.
Malah dia perlahan-lahan datang kepadaku dan memberitaukan semua tentang dia.
Inikah namanya Cinta Monyet??. Eh jangan salahin monyet, cinta ya cinta monyet
ya yang baca cerita ini. Hu monyet. :D