Posted by : indra Rabu, 08 Agustus 2012

Bel deringan Pulang sekolah terdengar di telingaku. Saat keluar dari sebuah ruangan kelas, tak terasa langkah kakiku terhambat. Ternyata jovi menahan tanganku, seperti dirinya ingin mencari jawaban yang pasti dari hal kemaren.
“bagaimana zita, akankah jawabmu sekarang??” pertanyaan jovi langsung menuju pada inti.
                “jangan sekarang jov, aku masih butuh waktu.” Kupertegas jawabku,
mungkin jawaban yang sangat sakit tak mungkin ku berikan, jawaban tolakan yang tak tega melihatnya. Tapi
hatiku masih ku penuhi oleh dia. Dia yang sekarang diam diantara teman-teman disekelilingnya tertawa.
“tapi zit, kamu harus tegas sekarang!!” dengan nada keras dan sedikit kencang.
                “tidak mau jov, aku tidak bisa sekarang!!” memancing kemarahanku.
Jovipun dengan tegas menyeret tanganku keluar kelas, dengan diikuti tatapan yang lain dan dia. Menuju ke sebuah taman kecil di belakang sekolah. Inginku lepaskan genggamannya yang amat kuat.
                “lepaskan jov!!!” dengan hentak ku banting tanganku agar lepas dari genggamannya.
“DIAAM!!” dengan keras lantang dia marah denganku dan kembali menyeret tangan ini.
                Saat itulah bayanganku kembali ke masa lalu jovi, masa kelam jovi. Apakah masa itu masih ada dalam diri jovi. Kembali ketakutanku memuncak akan kejadian itu terjadi.
“tunggu jovi lepaskan!!!” dengan memaksa dengan sekuat tenagaku.
Dibanting tanganku dan membuat diri ini terduduk di sebuah bangku taman belakang sekolah. Jovipun duduk disampingku.
“kenapa sih jov. Aku sudah bilang gak bisa bilang sekarang.” Bentak bibirku.
                “baiklah zita. Aku janji akan semua hidupku akan ku berikan kepadamu. Aku berjanji tidak akan menyakitimu dan meninggalkan kamu.” Dengan tenang jovi berbicara seakan sedikit memaksa diriku.
Hatiku mulai menghilangkan rasa tak tega terhadap jovi. Ingin langsung berkata menolak akan semuanya, namun tenyata mulutkupun hanya bisa diam kala ingin berkata.
“zitaa. Ayo kenapa tolong jawab zita.” Kembali jovi memaksaku.
                “egak bisa jov, aku gak bisa bilang sekarang.” Masih ragu diriku.
“tapi zita, aku janji.” Mulai menyakinkan diriku disini.
                “aku takut jov. Aku takut janjimu itu semuanya palsu!” dengan perlahan menolak dengan baik.
“tenang zita. Aku janji aku tidak akan mengulanginya lagi. Ayo jawab zita??” jovi semakin keras menyakinkan hatiku.
                “tida bisa jovi. Aku gak bisa jawab.” Ingin rasa langsung menolak.
“kalau kamu tidak mau jawab, terpaksa aku akan ….”
                “akan apaaa???” ketakutan mulai membayangiku.
“memaksamu!!” dengan mengangkat tangan kananya, seperti ingin melayangkan tamparan ke wajahku.
 Sungguh saat ini aku takut, dengan menutup mata aku berharap tidak ada tamparan yang kena di wajahku. Namun lama tak ada tamparan, dan ku buka mataku perlahan. Dan ternyata, tangan jovi ditahan oleh dia.
“jangan sakiti dia. Sebaiknya kamu pergi sekarang!” dengan tenang dan lantang mulutnya bicara keras.
                “jangan urusi urusanku bagas, lebih baik kau pergi sana.” Marah jovi dengan membanting dan membuat dia terlempar.
“baiklah kita selesaikan secara jantan.” Dengan keras dan marah dia selalu bisa tenang dalam menghadapi apapun.
                “baiklah kalau itu mau kamu!!” jovipun menerima tantangan dari dirinya.
Aku pun hanya bisa terbunjur kaku dan ketakutan melihat mereka berdua bertengkar, saling menghancurkan satu sama lain. Dengan air mata saja diriku terdiam tak sadarkan diri. Terlihat mereka sekuat tenaga saling memukul, dan dengan kemarahan yang berkobar sulit mereka untuk dipisahkan. Tak lama mereka bertengkar, banyak guru dan murid lain datang. Untuk melerai mereka harus membutuhkan 8 orang sekaligus. Dirikupun di tenangkan oleh ibu guruku wanitaku.
Sekian lama kami ditenangin dan ditanya, akhirnya kami diperbolehkan pulang. Dengan keluar dari sekolah yang ada secara bersama tampak seperti drama perang cinta yang ada. Dengan malas jovi pergi lari meninggalkan kami berdua. Ku tatap mata dia yang masih di selimuti bekas bungkaman dari jovi tadi.
“masih sakit??” tanyaku kepadanya untuk memulai.
“iya.” Hanya dengan mengangguk dia menjawabnya, dengan berjalan perlahan meninggalkanku.
“bagas!!” ku teriakan panggilan namanya.
                Dengan membalikan badan dia menghentikan langkahnya dan menatapku. Dirikupun berlari mendekatinya dan langsung ku peluk dirinya hingga erat, seperti ku banting tubuh ini dengan mudah. Kala tak ingin lagi kehilangannya.”
                “sudahlah zita. Ingatlah dulu aku pernah bilang, kalau aku akan berjanji jagain kamu seperti ayahmu menjaga kamu.” Dengan tenang dirinya berkata. Membuat hatiku kembali tenang dengan kembali di banjiri dengan tetesan air mata.
“makasih ya gas.” Ku tatap matanya dengan penuh keyakinan yang ada.
Aku berhasil melakukan apa yang dikatakan mas bayu bilang. Membuat diriku kembali seperti terlahir di hadapanya.
                “baiklah, mari kita pulang. Dan tenangkan hatimu.” Ajak dia dengan penuh perhatian.

Leave a Reply

SESUDAH BACA,TOLONG DI KOMENTAR!!
AFTER READING,THE COMMENTARY!!

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Popular Post

bacalah dari apa yang kalian inginkan.tapi janganlah menjadi PLAGIAT, bila anda tidak ingin di disamakan seperti Anjing liar yang menghembuskan sebuah tulang.ingatlah hargai ciptaan orang lain.

STATISTIK

17741
Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Pengikut

Blogger news

Blogger templates

Social Profiles

  • Cari Di Ini

    - Copyright © 2013 Indraa Cahya N :) -Dark Amaterasu Template- Design by YONDARKNESS -Original by Blog Johanes-